My Dearest Treasure – ch. 1

Title                 : My Dearest Treasure

Cast                  : 1.Tiffany Hwang as main character (18 y.o)

                             

                             2. The mysterious one

Genre              : Romance / Action

Rating             : General 13+

Length            : Chapters

Story © 2012 Pokersmith

Taman belakang sekolah ini memang tempat favoritku. Karena aku tidak punya teman, aku selalu meluangkan waktu istirahatku disini. Semenjak Mum meninggal, aku dibuang Dad disini, di Korea. Dulu Dad selalu baik dan membelikan apa saja yang aku inginkan. Tetapi, sejak Dad bertemu dengan wanita itu, kebaikan Dad untukku dan Mum berangsur-angsur menghilang. Ketika Mum sedang mengalami masa kritispun Dad tidak menjenguknya, dia malah bersenang senang dengan wanita lain. Hanya aku yang merawat Mum. Di saat itu, kedua kakakku sedang sibuk mengurus project perusahaan kepunyaan Dad. Dad telah mempercayakan perusahaannya kepada kakakku, bahkan Dad telah merencanakan untuk mewariskan perusahaannya kepada kedua kakakku. Saat itu aku hanya bisa menangis. Aku tidak peduli dengan perusahaan milik Dad. Aku hanya berharap agar Mum bisa bertahan.

Aku membuka bungkus ice cream cone yang berada ditanganku. Mengingat masa lalu hanya meninggalkan luka di hatiku. Aku menikmati rasa strawberry dingin yang meleleh di lidahku. Serta daun maple yang mulai berguguran membuatku nyaman. Sepertinya musim gugur telah tiba–

Aku mendengar langkah kaki kecil berlari kearahku, ”Maaf, kau Tiffany Hwang?” seorang gadis bertanya kepadaku. Dengan nafas terengah-engah, dia membetulkan kacamatanya yang agak longgar.

Aku terbangun dari lamunanku, ”Iya. Kenapa?”

”Kau disuruh ke ruangan kepala sekolah, secepatnya.”

Kenapa dia panik sekali? Seperti melihat hantu. Apa dia mengira aku hantu? Ha ha.

”Kalau aku tidak mau?” Jawabku santai.

Tanpa sepengetahuanku, anak itu telah berlari menjauhiku.
Pasti pak kepala ingin menuturiku lagi tentang tugas atau nilai ku. Aku memang sering dipanggil dan mendapat omelan dari dia, tetapi omelannya tidak ada yang dapat membuatku berubah. Aku hanya menjalani kemauanku, aku tidak mau dikontrol oleh orang lain.

Kuketuk pintu pak kepala. Dia telah berdiri dan menunjukkan tampang tegasnya, siap mengomeliku. Dugaanku benar. Pak kepala memarahiku karena tugas dan ulanganku hampir semua mendapat nilai F, terkecuali Bahasa Inggris. Seharusnya dia bangga mempunyai murid sepertiku, karena aku selalu mendapat A+ pada Bahasa Inggris walaupun aku mengerjakannya dengan ogah-ogahan. Dia terus-terusan memarahiku sambil mengangkat telunjuk tangan kanannya seperti orang berpidato sepanjang waktu istirahat. Oke, dia telah mengganggu waktu istirahatku untuk ke 194 kalinya.

Aku mengecek jam di handphoneku.
12:25.
Huft, cepat sekali. 5 menit lagi jam pelajaran siang akan dimulai.

Aku berjalan sendiri dilorong sekolah yang mulai sepi. Tak lama kemudian aku mendengar suara langkah kaki. Suara langkah kaki itu semakin cepat dan jelas, lalu– ”Aaah!”. Seseorang menabrakku dari sisi lain. Buku yang dibawanya terjatuh dan tubuhnya mendarat tepat diatas tubuhku. Hidungnya nyaris menempel ke hidungku.

Aku menyipitkan mataku untuk melihat wajahnya sekilas. Dia terlihat kikuk. Aku langsung meraih pundaknya dan mendorongnya menjauh dari tubuhku. Ia membenahi rambut coklatnya yang kusut lalu mengambil bukunya.

”Maaf, aku tidak–” katanya seraya membungkukkan tubuhnya kearahku.

”Tidak apa-apa,” ujarku memotong kalimatnya.

Aku langsung berlari ke kelasku karena jam pelajaran nyaris dimulai.

Kali ini pelajaran Ms. Choi,
Membosankan– apa enaknya sih mempelajari deretan angka-angka?

Kejadian tadi masih tertanam diotakku. Tadi, anak yang menabrakku…
Oh God.. kenapa tadi aku langsung mendorongnya? Harusnya aku tidak berbuat kasar seperti itu, payah. Tiffany Hwang payah!

”Ok anak-anak sampai disini pelajarannya, kalian bisa pulang.” akhirnya Ms. Choi mengakhiri pelajarannya.

”Ms. Hwang, kau bisa kesini sebentar?” ujar Ms. Choi kepadaku.

”Ya miss? Ada apa?” aku berjalan kearahnya sambil merapikan bajuku.

”Hwang, kau tau kan? Nilaimu jelek sekali. sampai kapan kau begini?” kata Ms. Choi seraya menggeleng-nggelengkan kepalanya.

”Tentu saja sampai saya mempunyai ketertarikan pada matematika. Sayangnya, saat ini saya belum tertarik pada pelajaran anda.” jawabku santai kepada Ms. Choi, sengaja memancing kemarahannya.

”Harusnya kau bersekolah dengan baik. Orangtuamu pasti malu mempunyai anak sepertimu!”

Air mataku telah membendung karena pernyataan Ms. Choi barusan.

”Apa hubungannya dengan anda?!” teriakku menyembunyikan isak tangisku. Lalu aku segera berlari keluar ruangan meninggalkan Ms. Choi.

Kenapa? Kenapa dia menyangkut-pautkan orangtuaku? Dad saja sudah tidak menganggapku sebagai anaknya, mana mungkin dia malu?

Isak tangisku membuat taman belakang sekolah tidak lagi seindah saat aku memakan ice cream. Sekarang terasa lebih dingin dan menakutkan. Aku mencoba menenangkan diri dan mencuci muka di toilet lantai atas.

Saat menuruni tangga, aku bertemu anak yang menabrakku tadi. Dia berlari kecil menaiki tangga. Dia tidak sengaja menatapku, menatap langsung kemataku dengan mulut terbuka. Aku hanya bersikap dingin kepadanya walaupun agak sulit karena setiap aku melihat wajahnya, senyumku mengembang dengan sendirinya.

Mum, I think I grow up.
Rest peacefully. Love you, as always 😉

Aku menutup diaryku lalu meletakkannya ke meja. Aku selalu menulis diary setiap malam, hanya sekedar untuk mengingat Mum atau menceritakan momen-momen penting di hidupku.

Kupeluk boneka totoro yang ada di sudut ranjang.
Dulu, saat aku melihat totoro di sebuah toko boneka, aku merengek pada Mum dan bersikeras untuk membelinya. Mum hanya bisa menatapku dengan tatapan sedih, aku ingat dengan apa yang Mum bilang kepadaku. Dia bilang bahwa dia tidak punya uang lebih untuk membelikan boneka totoro. Pada saat itu Dad tergila-gila dengan wanita lain, sehingga Dad menelantarkan Mum dan tidak memberikan uang sepeserpun pada Mum. Dengan jerih payah Mum, akhirnya Mum dapat membelikan boneka ini pada saat ulang tahunku ke 9. Dulu aku sangat senang karena aku mendapat kado boneka yang aku impi-impikan. Mulai saat itu, aku berjanji akan menjaga totoro sebagai barang berhargaku, seperti halnya dengan Mum.

Kutarik selimutku sampai ke dagu. Bulu halus totoro yang menyentuh kulitku membuatku mengantuk.

Goodnight world . . .

————

Guys! Ada yang tau siapa yang nabrak Fany di lorong???? Hahahah *smirk*

Semoga kalian sukaaaaa~ *tebar confetti* ntar di chap 2 ada character tambahan yang pastinya kece (?)

Kiss&Hugs

– KEEP UR POKERFACE! –

Categories: Chapters | Tags: , , , , , , | 13 Comments

Post navigation

13 thoughts on “My Dearest Treasure – ch. 1

  1. ini straight apa yuri thor ?? semoga straight T.T

  2. Tae tae yah.. Yang nambrak fany.. Tulkan tulkan*colek2 author..*XD
    Next thor..^-^

    • ☆ Pokersmith ☆

      Hmmm gimana yaa? :3 kasih tau nggak yaaa? :3 *author kepo
      Tunggu aja ^^ thnks for reading btw 🙂

  3. The SR

    Knpa ga’ di lnjt2 thor,lama banget,pdahal crita nya bgus

    • ☆ Pokersmith ☆

      mianhae mianhae author kemaren lagi writers block dan ceritanya baru jadi sekarang ;;__;;
      chapter 2 updated qaqa~ ^^

  4. The SR

    Knpa ga’ di lnjt2 thor,lama banget,pdahal crita nya bgus

    ok deh thor ditunggu secepatnya

  5. Aku suka thor..
    Seruu di tunggu apdatetan ya?

    • ☆ Pokersmith ☆

      aaa gomawo chingu 🙂 yap, aku usahain update-an secepatnya nih /wink

  6. taenyjjang *fatmi95

    Anyeoong, new reader fatmi imnida *bow
    Nie wepe masih aktif kan thor?? #Bletak
    Ijin berkelana(?) ya, gomawo *^O^*

    • ☆ Pokersmith ☆

      Annyeonghaseyo! 😀 Selamat berkelana di sini ya~ Hati hati kalo ketemu Tippany jangan deketin dia

  7. Shin Young

    Anyyeong…!!

    W reader baru disini,salam kenal#bow

Leave a comment

Blog at WordPress.com.