My Dearest Treasure – ch. 2

Title                 : My Dearest Treasure

Cast                  : 1.Tiffany Hwang as main character (18 y.o)

                             

                            2. Choi Siwon (23 y.o)

                            

                            3. Jessica Jung (19 y.o)

                           

                            4. Jessica’s Dad (44 y.o)

                            5. The mysterious one

Genre              : Romance / Action

Rating             : General

Length            : Chapters

Story © 2012 Pokersmith

Aku membuka mataku saat pelajaran telah selesai. Kelas sudah kosong. Aku membenahi rambutku yang acak-acakan dan mengambil tasku lalu keluar dari kelas.

Daun-daun gugur yang terinjak oleh kakiku membuat bunyi gemerisik ketika aku berjalan. Kusandarkan kepalaku pada pohon maple raksasa yang berada di pojok lapangan sekolahku. Dengan diam-diam aku mengamati anak-anak yang tertawa bahagia dengan temannya.

Aku menghembuskan nafas panjang.
Tidak lama kemudian mataku menemukan anak yang menabrakku kemarin. Dia berbicara kepada teman cowoknya, terlihat akrab sekali. Cowok itu sesekali bercanda dan mengacak-acak rambut anak yang jauh lebih pendek darinya. Apa itu kakaknya, atau.. pacarnya?

Setelah berbincang-bincang panjang, dia membungkukkan badannya kepada cowok yang berada didepannya.

”Kenapa dia sopan sekali?” aku tersenyum melihatnya, senyum lebar seperti totoro yang sudah lama tidak ku perlihatkan.

Ah, kenapa aku senyum-senyum sendiri?
Stay cool Fany, STAY COOL PLEASE.

Cowok itu memegang pipi Cutie− oke, karena aku tidak tahu nama anak yg menabrakku itu, mulai sekarang aku akan memanggilnya dengan sebutan ‘Cutie’ karena dia sangat-sangat cute!
Cowok itu memegang pipi Cutie, dan… perlahan-lahan mendekatkan wajahnya kepada wajah Cutie. WAIT− WHAT THE? AAAH JANGAN CIUMAN, JANGAAAN!!

Ah, untunglah, cowok itu tidak melakukan apa apa dengan Cutie. Mungkin dia hanya memeriksa wajah Cutie, mungkin ada sesuatu yang aneh diwajah cutie− tapi entah kenapa pada saat cowok itu mendekatkan wajahnya ke wajah Cutie aku merasa sedikit cemburu.

Cowok itu melambaikan tanganya lalu pergi, aku bisa bernafas lega sekarang.

LED handphoneku berkedip.
‘One unread message’

From: Jessi
Fany, get back to work!

To: Jessi
Kay baby 🙂

Setelah memasukan password, pintu headquarters terbuka. Udara AC langsung terasa menyejukkan tubuhku. Jessi, paman Jung, dan Siwon sepertinya telah menungguku lama. Aku segera meminta maaf kepada paman Jung karena keterlambatanku.

Aku bekerja sambilan sebagai agen rahasia J-National Security yang diketuai ayah Jessie. JNS adalah organisasi swasta yang didirikan oleh ayah Jessie untuk menangkap mafia. Ayah Jessie memberikan agennya gaji yang lumayan banyak, termasuk aku. Aku menggunakan gaji itu untuk keperluan sekolah dan uang sewa apartemenku. Aku dan Siwon biasanya turun kelapangan dan menangkap para mafia gelap dibantu oleh anggota JNS lainnya. Sedangkan Jessie, dia membantu ayahnya memantau keadaan lewat komputer. Yah, semacam asisten.

”Fany, Siwon, kalian harus secepatnya ke sektor 4!” paman Jung memberi arahan lalu menyerahkan pistol untuk kami. ”Springfield XDm 4.5′. Barang baru, jaga baik baik,” ia menambahkan.

”Kay, Sir. Let’s gooo!” teriakku setelah memasang armor dengan bunyi ‘klik’, lalu menyeret Siwon keluar.

”Bodoh, yang sopan dong!” tutur Siwon sambil menjitak kepalaku. ”Siap laksanakan, Sir!” ia memberi hormat pada paman Jung didepan pintu keluar.

Paman Jung hanya tersenyum dari mejanya karena melihat tingkah kami.

Seperti biasa, Siwon menyetir Benz-nya dengan kecepatan maksimum. Aku menatap jalan raya sambil tetap memikirkan Cutie. Omong-omong siapa cowok tadi? Apa dia pacarnya? Kakaknya? I don’t know−

“Fany, bagaimana sekolahmu?” kata Siwon memecah keheningan.

“Membosankan..” jawabku sambil memiringkan kepalaku. “Oh ya, ada anak yang kusukai di sekolah!” aku menepuk tanganku dengan girang.

“Wow, Fany! Sejak kapan?”

“Sejak.. saat dia tidak sengaja menabrakku, dan kau tau Oppa? Dia jatuh diatas tubuhku! Oh my goodness!” aku berbicara dengan penuh semangat.

Siwon hanya tertawa mengenai penjelasanku tadi.

“Anak kecil ini ternyata sudah dewasa,” timpal Siwon dengan tersenyum. Tangannya yang tidak memegang kemudi mengacak-acak rambutku .

“Oppa, aku bukan anak kecil!”

“Kau anak kecil, tau.”

“Bukan!”

“Keras kepala,” gumam Siwon terkekeh-kekeh.

Siwon memarkir mobil kami jauh dari tempat persembunyian mereka.

“Kita sudah sampai. Siapkan pistolmu,” kata Siwon dengan nada serius.

Siwon membenahi kacamata hitam favoritnya lalu turun dari mobil.

“Okay!”

Aku mengikuti langkahknya kearah sebuah bioskop tua di sudut jalanan. Aku berdebar-debar saat Siwon membuka pintu masuknya yang berderik-derik. Aroma bioskop itu layaknya gudang tua yang kosong: kayu lembab, tanah, dan debu. Aku melihat sekitar, didalamnya, didekat pintu masuk ada mesin penjual popcorn yang masih hangat. Pasti ada seseorang yang baru saja menggunakannya, dan ini bisa menjadi bukti bahwa mereka ada disini.

Siwon memberikan aba-aba kepadaku agar segera mengikutinya. Kami melewati lorong kecil kedalam seraya mengecek ruangan satu persatu.
Aku bisa melihat para mafia di dalam studio bioskop lorong terakhir. Ada 5 orang disana, mereka sedang sibuk mengepak barang, entah itu opium atau barang ilegal lain. Aku dan Siwon langsung menyelinap ke dalam. Aku berjalan mengendap-endap dibawah cahaya remang menuju para komplotan, bersembunyi dibalik kursi bioskop yang berderetan.

Saat mereka sedang lengah, aku menembak tepat di kakinya. Aku tidak membunuhnya, hanya membuat mereka lumpuh. JNS melarang anggotanya membunuh mereka, karena mereka harus ditindak lanjuti untuk mendapatkan informasi lain.

Suara tembakan lain terdengar ditelingaku. Tembakan beruntun Siwon tepat mengenai ketiga komplotan.
Salah satu komplotan yang berhasil menghindar dari tembakan Siwon berlari kearahku. Dia menyergapku dengan pisau ditangannnya, aku nyaris tidak bisa bernafas. Aku mencoba memberontak. Saat dia lengah, Siwon menarik kerah belakang mafia itu, menyikutnya sehingga dia terjungkal kebelakang. Bunyi 2 tembakan terdengar dan mafia terakhir roboh.

“2 tembakan? Kau ingin membunuhnya?”

“Hanya ingin memastikan bahwa tembakanku tidak meleset,” aku tertawa sedikit.

“Anyway, good job Fany!” Siwon memberikanku Hi-5.

“Yeah~”

Para pengawal JNS tiba setelah kami membereskan mereka. Seperti biasa, kami membantu menyeret para mafia ke van hitam milik JNS.

“Terimakasih Siwon, Tiffany!” salah satu petugas berterimakasih kepada kami.

Siwon menghela nafas, “Iya, Sir.” dia menjawab dengan memperlihatkan senyumnya.

Aku yang berada di sebelah Siwon mengangguk dengan puas. Aku mengikuti Siwon berjalan kearah mobilnya untuk kembali ke headquarters.

“Welcome back!” Jessi berlari kearah kami, lalu memeluk kami secara bergantian seperti anak kecil yang baru mendapat boneka teddy bear dari game karnaval.

“Fany, kau mempunyai sedikit luka. Lihat!” Siwon menunjuk kearah lengan kiriku. Memang benar, goresan sepanjang 3cm. Mungkin terkena pisau si mafia tadi, sigh…

“Sebaiknya diobati.”

Siwon kembali dengan kotak P3K ditangannya. Dengan cekatan dia membersihkan lukaku, memberi obat merah, dan menutup dengan plaster.

“Tunggu! Jangan pakai itu, Oppa!” kataku seraya mengambil sesuatu dalam tasku.

“Pakai ini,” aku memberikan plaster bergambar lucu dan berwarna pink.

“Pink?” Siwon tersenyum konyol melihat plasterku. “Sudah kubilang, kau masih anak kecil,” ejeknya sambil tertawa terbahak-bahak.

“Oppa, jangan tertawa!” Teriakku memukul pundaknya.

Aku meneguk secangkir coklat hangat di tengah keheningan headquarters. Siwon sibuk dengan iPad-nya, terkadang dia senyum-senyum sendiri. Jessi tertidur di meja kerjanya yang berantakan, dia memutar lagu western dari laptopnya yang terdengar lembut di telingaku. Sedangkan paman Jung masih keluar untuk menginterogasi mafia yang baru kami tangkap.

Cahaya matahari yang masuk dari jendela lebar headquarters telah bewarna jingga. Di arah selatan awan telah berkumpul menutupi cahaya, mungkin ini saatnya aku pulang. Aku mengambil tas ranselku lalu beranjak dari sofa.

“Oppa, aku pulang dulu.”

Dia terkejut mendengar suaraku, hampir menjatuhkan iPad-nya. “Ya Fany, hati-hati ya!”

Aku hanya mengangguk, “Oppa, jangan lupa sampaikan salamku pada Jessi dan Paman Jung!” kataku sambil berlari kearah pintu keluar. Aku tersenyum kembali kearah Siwon, membuka pintu dengan perlahan-lahan lalu pulang.

。。。

To Be Continued…

−−−−

Aaaaaah~~ mianhae yaa udah lama nunggu D:

Makasih yang udah baca ataupun kasih comment di postingan postinganku yang lama, btw 🙂

EHMMM.. Ciee cieee yang nggak sabar nunggu kemunculan tokoh rahasia cieeeee, aku bisa liat dari mata memelas kalian kok XD/kabur dengan imut

Kiss&Hugs

– KEEP UR POKERFACE! –

Categories: Chapters | Tags: , , , , , , , , | 10 Comments

Post navigation

10 thoughts on “My Dearest Treasure – ch. 2

  1. pupy eyes
    mudah2han cow i2 taeng, dan taeng ada anggota mafia yg sadis dan keji xkwk trus fany dan taeyon jatuh cinta haha

  2. cutie?? taeng kah?? #kepo.mode.on

  3. taenyjjang *fatmi95

    Aaah kalo udah cutie mah udah pasti uri taenggo..hahaha #TAENGGOlaepastaa *apasih

    • ☆ Pokersmith ☆

      Apa itu ada pasta pasta segala *O*

      • taenyjjang *fatmi95

        Itulooh yang pas wawancara Run devil run.
        Intinya si ppany waktu itu ditanya suka makan apa, terus ppany jawab “pagi dia suka makan pasta, dan TAENGGOLAEPASTA malam hari”..
        Ciyuuuss deh yaa, itu bukan nama pasta ato semacam nya..hehe #delusional kambuh #otak 17+ >3<

        Gw ampe balik lagi buat baca ini epep thor, sakiing gw kangen ny #cuih

      • Kok…… Nyambungnya TAENGGOLAEPASTA XD astajim puasa nak puasaaaa yaampunnn XD *berusaha keras untuk tidak delusional* *gak kuat* aaaaa *mati dipelukan taeny*

      • Weeee kangen ya sama nih ff cieeee makasih makasih *tebar confetti* <<< lanjutan reply yang tadi

  4. Shin Young

    Wihh kerennn!!
    Lanjuttt!!

Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.